Header Kanan

Wasiat Rasulullah kepada Ibnu Abbas

Bismillahirrohmanirrohim,
wasiat rasullah kepada ibnu abbas (karyafikri.blogspot.com)
Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad beserta segenap keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang baik hingga hari kiamat. Amma ba'du.

Para pembaca yang dirahmati Allah, Sahabat yang mulia Abdullah ibn Abbas rodhiallahu 'anhu pernah mengatakan:
كنت خلف رسول الله صلىالله عليه وسلم يوما فقال ياغلام إني أعلمك كلم احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذاسإلت فابأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم ان الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك ولو اجنمعوا على أن يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وج-فت الصحف
"Aku pernah di belakang Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, 'Wahai anak muda, aku akan megnajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapatiNya di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu madarat (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan madarat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.'"

Itulah wasiat Nabi shalallahu 'alaihi wasallam kepada anak pamannya, Ibnu Abbas rodhiallahu 'anhu. Sebuah wasiat yang sangat berharga mengandung pelajaran-pelajaran agama Islam yang sangat banyak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin sedikit menguraikan makna dari wasiat tersebut, selamat membaca.

Takhrij Hadits
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2516), Ahmad (1/293, 303, 307), al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman (no. 192), dll.
Sebagaimana disebutkan oleh al-Albani dalam Zhilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah (no. 315-318) dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah hadits 2383 - maktabah syamilah).

Perawi Hadits
Ibnu Abbas, beliau Abdul Abbas Abdullah ibn Abbas rodhiallahu 'anhu, termasuk shigharush shahabah (sahabat muda) dan beliau juga merupakan anak paman Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan banyak meriwayatkan hadits dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. Nabi shalallahu 'alaihi wasallam pernah mendoakan Ibnu Abbas rodhiallahu 'anhu:
َاَللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الِّدينِ َوعَلِّمْهُ التَّأْوِيْل
"Ya Allah, pahamkan dia terhadap agama dan ajarilah ia ilmu tafsir".
(Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 2589 - maktabah syamilah)

Karena keberkahan doa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tersebut, ia menjadi orang yang pakar dalam tafsir al-Qur'an dan pakar dalam ilmu agama lainnya, hingga beliau digelari "Habrul Ummah" (Ahli ilmu umat ini). Ia dilahirkan tiga tahun menjalang peristiwa hijrah Nabi Muhammad shalallahu 'alaihhi wasallam dan meninggal dunia pada tahun 67 atau 68 Hijriyah.

Penjelasan Hadits
- Lafaz: "Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu"
Maksudnya, jagalah batas-batas Allah dan syariat-Nya dengan mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, maka Allah akan menjagamu pada agamamu, keluargamu, hartamu, dan jiwamu karena Allah akan membalas orang yang berbuat baik dengan kebaikan dan bahwasannya balasan sesuai dengan perbuatan.

- Lafaz: 'Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu"
Maksudnya, barang siapa menjaga batas-batas Allah dan syariat-Nya, maka Allah akan bersamanya dalam setiap keadaan. Allah akan selalu memperhatikannya, menjaganya, memberikan taufik kepadanya, meluruskannya, dan senantiasa melindungi dan menolongnya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

Artinya: "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan" (QS an-Nahl [16] - 128)

- Lafaz: 'Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah"
Maksud dari "meminta" di hadits ini adalah doa, sedangkan doa adalah ibadah. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ُاَلدُّعًاءُ هُوَ الْعِبَادَة
"Doa adalah ibadah". (Shahih al-Jami' no. 3407 - maktabah syamilah)
Maka doa tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah, barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah maka dia telah terjatuh dalam kesyirikan.

Adapun tentang meminta-minta kepada manusia dalam urusan dunia yang mampu diwujudkan, maka terdapat dalil-dalil yang banyak melarang dan mengecamnya. Diantaranya, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ما يزال الرجل يسأل الناس حتى يأتي يوم القيامة وليس في وجهه مزعة لحم
"Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain, hingga ia datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya" (HR. Muslim: 10-40 - maktabah syamilah)
Hadits ini menunjukkan haramnya meminta-minta kepada orang lain, dan tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.

- Lafaz: "Apabila engkau meminta pertolongan maka mintalah hanya kepada Allah"
Karena sesungguhnya Allahlah yang di tangan-Nya kerajaan langit dan bumi, apabila engkau memurnikan permintaan tolong kepada Allah dan berserah diri atasnya maka Allah akan menolongmu, dan apabila engkau meminta pertolongan kepada makhluk terhadap sesuatu yang dia mampui maka yakinlah bahwa dia adalah sebab, dan Allah lah yang menundukkannya untukmu.

- Lafaz: "Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu"
Seandainya seluruh manusia atau bahkan seluruh makhluk bersatu untuk memberikan keuntungan kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu dapatkan, kecuali jika Allah telah menakdirkannya untukmu.
Dengan untaian nasihat ini Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita beriman kepada takdir. Pada hakikatnya seluruh manusia tidak bisa memberikan manfaat kepada sesamanya kecuali dengan takdir Allah. Jika demikian sudah seharusnya seluruh permintaan kita ditujukan kepada Allah semata, bukan kepada sesama manusia. Sebab, pada hakikatnya yang bisa memberikan manfaat hanyalah Allah semata.

- Lafaz: "Dan seandainya mereka bersatu untuk melaukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu"
ini juga menunjukkan bahwa segala mara bahaya pada hakikatnya datang dari Allah terjadi dengan takdir dan kehendak-Nya. Maka untaian hadits ini dan sebelumnya menunjukkan tentang takdir Allah. Oleh karena itu, jika engkau mendapatkan kebaikan dari seseorang maka yakinilah bahwa Allah telah menetapkan kebaikan tersebut atasmu, sebaliknya jika engkau mendapat keburukan dari seseorang, yakinilah bahwa Allah telah menetapkan keburukan itu atasmu, maka bersikaplah ridho terhadap qadha dan qadar Allah.

- Lafaz: "Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering"
Yang dimaksud dengan "pena" di sini adalah pena yang menulis seluruh takdir manusia. Sedangkan maksud dari "lembaran-lembaran" adalah Lauh Mahfuzh yaitu lembaran yang digunakan untuk mencatat takdir. Ini artinya seluruh perkara dan kejadian sudah ditetapkan. Apapun yang ditetapkan untuk kita, baik-buruknya pasti akan terjadi. Tidak ada gunanya berkeluh kesah terhadap apa yang menimpa kita. Sebab, itu semua datang dari Allah subhanahu wa ta'ala. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya, "Tiada satu pun bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. al-Hadid: 22 - 23).

Itulah hikmah dari iman kepada takdir Allah, bahwa semua kejadian kita, yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi telah Allah tetapkan. Karenanya setiap yang mengimani takdir dengan benar ia akan tenang dan tidak berputus asa terhadap apa saja yang menimpanya.

Penulis: Iqbal Abu Haitsam hafidhohullah.
Sumber: Buletin "al-Furqon" tahun 11 volume 1 no. 4

Posting Komentar

3 Komentar

  1. lama tidak posting Fik
    aku ikut yg doa adalah ibadah aja hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih... btw masak cuma ikut doa adalah ibadah aja...
      yang lain gak ikut ya :)

      masih banyak faedah yang lain loh

      Hapus
    2. ya sudah sekrang ikut semua wasiatnya saja hehe :)

      Hapus

Silahkan meninggalkan komentar.
Kritik & Saran. Terimakasih atas kehadiran dan juga ukiran jejak Anda.